Rabu, 16 November 2011

Benarkan Kaum Musyrik Arab Beriman Kepada Tauhid Rububiyyah Allah? – Bantahan Untuk Ustad Firanda

0 komentar

Benarkan Kaum Musyrik Arab Beriman Kepada Tauhid Rububiyyah Allah? – Bantahan Untuk Ustad Firanda

Bukti-bukti Lain Bahwa Kaum Musyrik Arab Juga Menyekutukan Allah Dalam Tauhid Rububiyyah Allah
Kaum Musyrik Menyamakan Sesembahan Mereka Dengan Allah dalam Rubûbiyyah
Di antara ayat-ayat yang menjelaskan keyakinan kaum Musyrik Arab terhadap âlihah yang mereka sembah di dunia adalah ayat-ayat yang menjelaskan bahwa mereka itu menyamakan tuhan-tuhan mereka dengan Allah SWT dalam kekuasaan dalam memberikan pengaruh, baik kebaikan maupun keburukan. Keyakinan syirik itu kelak yang akan mereka sesali di saat mereka bersama sesembahan-sesembahan mereka ditelungkupkan ke dalam api neraka. Di saat itu mereka menyadari kesesatan yang mereka yakini selama dalam kehidupan dunia. Allah SWT mengisahkan penyesalan mereka atas akidah syirik yang menyamakan sesembahan-sesembahan mereka dengan Allah SWT dalam  surah asy Syua’râ’ ayat 91-98:

وَ بُرِّزَتِ الْجَحيمُ لِلْغاوينَ * وَ قيلَ لَهُمْ أَيْنَ ما كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ * مِنْ دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ يَنْتَصِرُونَ * فَكُبْكِبُوا فيها هُمْ وَ الْغاوُونَ * وَ جُنُودُ إِبْليسَ أَجْمَعُونَ * قالُوا وَ هُمْ فيها يَخْتَصِمُونَ * تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفي‏ ضَلالٍ مُبينٍ * إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعالَمينَ .

“dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat”,* dan dikatakan kepada mereka:” Di manakah sesembahan-sesembahan yang dahulu kamu selalu menyembah (nya).* selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri”* Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, * dan bala tentara iblis semuanya.* Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka *  demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata,* karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam.” (QS. Asy Syua’râ’91-98)
.
Keterangan Para Ahli Tafsir
Dari ayat-ayat di atas terlihat jelas sekali bagaimana sebenarnya keyakinan kaum Musyrik Arab terhadap sesembahan-sesembahan yang mereka sembah di dunia.  Mereka menyamakannya dengan Allah SWT. demikian para mufassir seperti Imam ath Thabari, al Baghawi, asy Syaukani dll. menafsirkan.
Coba perhatikan keterangan mereka tentang ayat-ayat di atas!

وَ قيلَ لَهُمْ أَيْنَ ما كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ * مِنْ دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ يَنْتَصِرُونَ *

dan dikatakan kepada mereka:” Di manakah sesembahan-sesembahan yang dahulu kamu selalu menyembah (nya).* selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri”*
Imam Ibnu Jarîr ath Thabari menafsirkan demikian:

وقيل لِلْغَاوِينَ ( أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ ) من الأنداد ( هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ ) اليوم من الله, فينقذونكم من عذابه ( أَوْ يَنْتَصِرُونَ ) لأنفسهم, فينجونها مما يُرَاد بها؟.

dan dikatakan kepada mereka (orang-orang yang sesat itu): “Di manakah sesembahan-sesembahan yang dahulu kamu selalu menyembah (nya).* selain Allah? (yaitu sekutu-sekutu/andâd)[1] Dapatkah mereka menolong kamu (pada hari ini dari Allah, lalu ia menyelamatkan kamu dari siksa-Nya) atau menolong diri mereka sendiri” (lalu mereka menyemalatkan diri mereka dari apa yang dimaukan darinya?)

فَكُبْكِبُوا فيها هُمْ وَ الْغاوُونَ

Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat.”
Tentang ayat di atas, Imam ath Thabari menukil dari Ibnu Zaid melalui Yunus dari Ibnu Wahb, ia berkata, Ibnu Zaid berkata tentang firman di atas:

حدثني يونس, قال: أخبرنا ابن وهب, قال: قال ابن زيد, فى قوله: ( فَكُبْكِبُوا فِيهَا ) قال: طرحوا فيها. فتأويل الكلام: فكبكب هؤلاء الأنداد التي كانت تعبد من دون الله في الجحيم والغاوون.

“Mereka dilemparkan ke dalam nereka Jahîm. Ta’wil firman itu adalah: Mereka; sekutu-sekutu/andâd yang dahulu disembah selain Allah dilemparkan ke dalam neraka jahîm bersama orang-orang yang sesat.”
.

قالُوا وَ هُمْ فيها يَخْتَصِمُونَ * تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفي‏ ضَلالٍ مُبينٍ * إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعالَمينَ .

“Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka *  demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata,* karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam.”
Imam ath Thabari berkata menafsirkan:

يقول تعالى ذكره: قال هؤلاء الغاوون والأنداد التي كانوا يعبدونها من دون الله وجنود إبليس, وهم في الجحيم يختصمون. ( تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ ) يقول: تالله لقد كنا في ذهاب عن الحقّ, إن كنا لفي ضلال مبين, يبين ذهابنا ذلك عنه عن نفسه, لمن تأمله وتدبره, أنه ضلال وباطل. وقوله: ( إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ) يقول الغاوون للذين يعبدونهم من دون الله: تالله إن كنا لفي ذهاب عن الحقّ حين نعدلكم برب العالمين فنعبدكم من دونه.

وبنحو الذي قلنا في ذلك قال أهل التأويل.

“Mereka; orang-orang yang sesat itu dan andâd yang dahulu mereka sembah selain Allah dan juga bala tentara Iblis berkata sedang bertengkar di dalam neraka jahîm, ‘demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata’ ia berfirman, ‘Demi Allah kami benar-benar menjauh dari kebenaran, dan kami berada dalam kesesatan yang nyata…. karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam. Orang-orang yang sesat itu berkata kepada sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, ‘Demi Allah kami benar-benar dalam penyimpangan dari kebenaran ketika kami menyamakan kalian dengan Rabbul ‘Âlamîn lalu kami sembah kalian di samping Allah.”
Dan seperti yang kami katakan ini berpendapat ahli tafsir. …

حدثني يونس, قال: أخبرنا ابن وهب, قال: قال ابن زيد, في قوله: ( إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ) قال: لتلك الآلهة.

Yunus menyampaikan kepadaku, ia berkata, Ibnu Wahb menyampaikan kepada kami, ia berkata, Ibnu Zaid berkata, tentang ayat: “karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam. Mereka berkata kepada âlihah/tuhan-tuhan itu.”[2]
Asy Syaukani berkata menafsirkan:

فَكُبْكِبُوا فيها هُمْ وَ الْغاوُونَ

Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat.”
“Mereka dilempar ke dalam nereka Jahîm. Kata ganti orang ketiga: hum/mereka adalah sesemhaban dan al Ghâwûn/orang-orang yang sesat adalah para penyembah mereka.
… Dan ada yang berkata, ‘hum/mereka’ adalah  kaum kafir Quraisy dan al Ghâwûn adalah âlihah/tuhan-tuhan sesembahan mereka.”[3]
.
Abu Salafy berkata:
Pengakuan kaum Musyrik dalam persengketaan antara mereka dengan sesembahan-sesembahan mereka di dalam neraka Jahîm yang direkam Allah dalam ayat tersebut yang menyamakan mereka dengan Allah SWT adalah bukti kuat bahwa kamu Musyrik Arab itu menyamakan Allah dalam kekuasaan yang mereka miliki secara mandiri/independen. Sebagaimana Allah mengatur alam semesta, demikian juga mereka meyakini bahwa sesembahan mereka memiliki kekuasaan itu secara independen pula. Sebab jika tidak, maka itu artinya mereka tidak menyamakannya dengan Allah SWT. padahal kaum Musyrik itu mengakui bahwa mereka menyamakannya dengan Allah SWT.!
Kenyataan itu akan makin jelas dengan memerhatikan ayat di bawah ini.
Ayat Lain!
Allah SWT berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي خَلَقَ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ وَ جَعَلَ الظُّلُماتِ وَ النُّورَ ثُمَّ الَّذينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun kemudian orang-orang yang kafir menyamakan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (QS. Al An’âm;1)
.
Kata: يَعْدِلُونَ menjadikan sesuatu lain adîlan bagi Allah. Kata adîlan seperti diterangkan para ahli bahasa dan juga ditegaskan para mufassir adalah sesuatu yang disamakan dengan sesuatu lain. Asal kata al ‘adl adalah penyamaan seatau dengan sesuatu lain. Jadi makna ayat tersebut: “Kemudian, setelah penjelasan bahwa Allah lah Dzat yang menciptakan langit dan bumi, menjadikan gelap dan cahaya, orang-orang yang kafir itu menyamakan sesuatu lain dengan Allah. Yaitu mereka menyamakan sesembahan-sesembahan mereka itu dengan Allah Dzat Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam!
Jadi, walaupun boleh jadi mereka mengakui Allah pencipta alam, namun mereka (kaum Musyrik Arab) menyamakan selain Allah dengan Allah dalam pengaturan alam/Rubûbiyyah. Dan inilah yang dinamakan memusyrikkan Allah dengan selain-Nya!
Ibnu Jarîr, Ibnu Abi Hâtim dan para mufassir lain menukil Ibnu Zaid sebagai menafsirkan:
‘namun kemudian orang-orang yang kafir menyamakan (sesuatu) dengan Tuhan mereka’ yaitu âlihah yang mereka sembah. Mereka menyamakannya dengan Allah- Ta’ala-. Padahal Alllah tidak mempunyai tandingan, padanan, dan tiada bersama-Nya âlihah, dan Dia tidak menjadikan istri dan anak.”[4]

Kata Andâd Memperjelas Bukti Kemusyrikan Bangsa Arab Terhadap Rubûbiyyah Allah
Makna kata adîlan dan idlan yang darinya kata kerja يَعْدِلُونَ diambil akan lebih jelas apabila kita libatkan ayat-ayat yang menyebutkan bahwa kaum Musyrik Arab itu menjadikan sesembahan-sesembahan mereka itu sebagai andâd! Seperti dalam banyak ayat di antaranya:

فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

Oleh karena itu, janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui (bahwa tidak satupun dari para sekutu itu yang menciptakanmu dan memberikan rezeki kepadamu).” (QS. al Baqarah;22)

وَ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللهِ أَنْدَاداً

Dan ada sebagian manusia yang memilih sekutu-sekutu selain Allah… “ (QS. al Baqarah;165)

وَ جَعَلُوا لِلَّهِ أَنْداداً لِيُضِلُّوا عَنْ سَبيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصيرَكُمْ إِلَى النَّارِ.

Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:” Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka.”(QS. Ibrahim;30)
Kata niddun (bentuk tunggal kata andâd) adalah sebuah kata yang penting dan berulang kali disebutkan dalam Al Qur’an ketika mengecam kemusyrikan kaum Musyrik Arab. Kata itu dipakai untuk menunjuk makna serupa dengan kata syarîk/sekutu bagi Allah seperti klaim mereka!
Di antara makna kata niddun adalah:
1)      Apa-apa yang menyerupai dan melawan sesuatu lain dalam urusannya. Kata nadîdun dan niddun artinya sama. Bentuk jamaknya andâd. Demikian diterangkan oleh al Farâhidi dalam kitab al ‘Ain,8/10.
2)      Niddun adalah sama dengan mitslun. Dan kata itu dipakai untuk menunjukkan serupa yang melawan, diambil dari kata: nâdadtuhu, artinya: khâlaftuhu/aku menentangnya. Demikian diterangkan oleh Abu Hilâl al ‘Askari dalam kitab Fuûq Lughawiyah-nya:535 kata dengan nomer 2154.
3)      Nuddun adalah matsîl dan nadzîr (yang serupa). Demikian diterangkan dalam kamus Tâjul ‘Arûs,2/405.
Dari keterangan ahli bahasa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang difahami dari kata niddun adalah makna yang serupa dan terkadang diartikan yang menentang.
Dalam arti pertama (yang disepakati antara para ahli bahasa Arab) kata itu akan menjadi jelas bahwa kaum Musyrik Arab itu menjadikan sesembahan-sesembahan mereka sebagai yang serupa dengan Allah SWT.
Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya menulis sebuah bab dengan judul: Oleh karena itu, janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah.
Ibnu Hajar dalam syarah Shahih Bukhari menukil keterangan Ibnu Baththâl dan al Kirmani sebagai mengatakan: “Maksud (Imam) Bukhari dalam bab ini adalah menetapkan penisbatan seluruh amal perbuatan kepada Allah, baik yang dikerjakan makhluk itu baik ataupun keburukan. Semuanya adalah ciptaan Allah dan hamba hanya memiliki kasb saja. Tidak dinisbatkan ciptaan apapun kepada selain Allah, sebab jika dinisbatkan kepada selain-Nya maka ia akan menjadi syarîk dan niddan yang menyamai Allah dalam penisbatan amal perbuatan.
Al Kirmani berkata, “Judul bab ini mengesankan bahwa yang dimaksud adalah penetapan tidak adanya sekutu bagi Allah, maka pantasnya ia diletakkan di awal-awal bab Tauhid. Tetapi bukan itu yang dimaksud di sini, namun yang dimaksud adalah bahwa seluruh amal perbuatan hamba adalah ciptaan Allah, sebab jika amal mereka itu adalah ciptaan mereka sendiri niscaya mereka itu andâd bagi Allah dan sekutu-Nya dalam penciptaan… .”[5]
Abu Salafy berkata:
Yang ingin saya katakan di sini adalah pemahaman Ibnu Baththâl dan Imam al Kirmâni bahwa kata niddun tidak akan tepat makna kecuali jika dinisbatkan kepadanya penciptaan, sebab dengan demikian ia (niddun) itu menjadi syarîk/sekutu Allah, seperti dalam akidah kaum Musyrik Arab yang batil itu!
Jadi jika kita mengandalkan makna bahasa dari kata tersebut maka kita mesti mengatakan bahwa kata itu menunjuk kepada arti kata syarîk yang menyamai Allah dalam kekuasaannya secara independen dan mandiri. Karenanya ia berhak disebut niddun!
Wallahu A’lam.

http://abusalafy.wordpress.com/2011/01/29/benarkan-kaum-musyrik-arab-beriman-kepada-tauhid-rububiyyah-a

0 komentar:

Posting Komentar